Penurunan
Titik Beku
Titik beku adalah suhu dimana
tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih
rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya
harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku
lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah
jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut
atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya
berubah (nilai titik beku akan berkurang).(Aprilia, 2012)
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku
pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari
titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 00C.
dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air
maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan
akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya
penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata
lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah
(nilai titik beku akan berkurang) (Taufik, 2012)
Proses pembekuan suatu zat cair
terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak antarpartikel sedemikian dekat
satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antarmolekul yang sangat
kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan mengakibatkan proses
pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk dapat lebih
mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi titik
beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan
titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf),
dinyatakan dengan persamaan :
∆Tf =
Kf m atau ∆Tf = Kf (n
x 1000/p)
Dimana :
∆Tf =
penurunan titik beku
Kf =
tetapan penurunan titik beku molal
n =
jumlah mol zat terlarut
p =
massa pelarut
Titik beku
larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik
bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf. (Pratiwi, 2013)
Penurunan
titik beku ( DTf
) bila kebanyakkan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkritalisasi
lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana
kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku
larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (molnya) di dalam massa
tertentu pelarut. Jadi penurunan titik beku (DTf ) = Kf . m,
dimana m ialah molalitas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi
satu molal, penurunan titik beku 1 m tiap non-elektrolit yang tersebut didalam pelarut itu = Kf yang
karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal freesinapoint constant)
pelarut itu. Nilai numerik Kf =
khas pelarut itu masing-masing (Anonim, 2013).
Titik
beku merupakan suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatnya, atau dengan kata lain titik beku adalah suhu dimana pada suhu
tersebut, zat cair berubah menjadi padat. Sebagai contoh, suhu air ketika air
tersebut berubah menjadi es disebut titik beku air. Titik beku suatu pelarut
dalam larutannya juga bergantung pada konsentrasi zat terlarut dan sifat
pelarut tersebut. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C
karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Keberadaan zat
terlarut dalam suatu larutan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan uap jenuh
pelarutnya dalam larutan tersebut dan hal ini menyebabkan titik beku larutan
berkurang. Besarnya pengurangan titik beku suatu pelarut dalam larutannya
tersebut kemudian dikenal dengan sebagai penurunan titik beku (ĂȘTf).
Jika zat telarutnya merupakan zat non elektrolit, maka penurunan titik bekunya
sebanding dengan molalitas larutan (m). Titik beku (Tf) pelarut murni lebih
tinggi daripada titik beku larutan.
Ini
diakibatkan karena sebagian partikel air dan sebagian partikel – partikel
terlarut membentuk ikatan baru. Sehingga ketika membeku, yang memiliki titik
beku paling tinggi yaitu air akan membeku terlebih dahulu kemudian diikuti oleh
molekullarutan. Penambahan zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya.
Jadi,
makin besar molaritas larutan, makin tinggi kenaikan titik didih larutan dan
makin tinggi pula penurunan titik beku larutan. Jumlah partikel yang lebih
banyak, akan membuat larutan elektrolit lebih sukar membeku, sehingga
membutuhkan suhu yang lebih rendah, dan waktu yang lama. Hal inilah yang
membuat titik beku larutan elektrolit lebih rendah.
Apabila suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat
larutan itu berbeda dari sifat pelarut murni. Contohnya, larutan urea yang
berbeda sifat dengan air murni biasa. Sifat-sifat larutan yang ada, seperti
rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat yang
terlarut. Pengaruh jenis zat ya ng terlarut kecil sekali sejauh zat yang
terlarut itu tergolong nonelektrolit dan tidak mudah menguap. Sedangkan
sifat-sifat yang tiak bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya pada
konsentrasi partikelnya disebut dengan sifat-sifat koligatif suatu larutan.
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan ditentukan
oleh konsentrasi larutan dan sifat koligatif itu sendiri. Jumlah partikel dalam
larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah larutan non elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama.
Pada larutan nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus
dengan molalitas larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit
memperlihatkan penurunan titik beku lebih besar. Dalam larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ion sehingga molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun
jumlah partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi perubahan
sifat-sifat koligatif larutan tidak sebanding dengan perhitunagn jumlah
partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik menaik antarionik. Ion-ion
yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan satuan-satuan bebas. Setiap
ion positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion negatif, begitu pula
sebaliknya.
Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh
kebersamaan jumlah partikel dan bukan ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi
sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada jumlah partikel. Sifat
koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat
terlarut. Penurunan titik beku dari suatu larutan,Tf berbanding
lurus dengan konsentrasi molal (m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai
konstanta tertentu yang
Besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung pada
konsentrasi zat terlarut. Semakin berat larutan, maka semakin rendah titk
bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi.
Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut dalam
larutan.
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku
pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari
titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0oC.
dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air
maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan
akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya
penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata
lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah
(nilai titik beku akan berkurang). Apabila suatu zat dilarutkan dalam suatu
pelarut, maka sifat larutan itu berbeda dari sifat pelarut murni. Contohnya,
larutan urea yang berbeda sifat dengan air murni biasa. Sifat-sifat larutan
yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan
konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh jenis zat ya ng terlarut kecil sekali
sejauh zat yang terlarut itu tergolong nonelektrolit dan tidak mudah menguap.
Sedangkan sifat-sifat yang tiak bergantung pada jenis zat yang terlarut
tetapi hanya pada konsentrasi partikelnya disebut dengan sifat-sifat koligatif
suatu larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari
jenis zat terlarut. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh
konsentrasi larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat koligatif itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah
larutan non elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Pada larutan
nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan
molalitas larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit
memperlihatkan penurunan titik beku lebih besar. Dalam larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ion sehingga molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun
jumlah partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi
perubahan sifat-sifat koligatif larutan tidak sebanding dengan
perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik
menaik antarionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan
satuan-satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi
oleh ion negatif, begitu pula sebaliknya. Sifat koligatif adalah sifat yang
disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan ukurannya. Zat terlarut
mempengaruhi sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada jumlah
partikel. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat
molekul dari zat terlarut. Penurunan titik beku dari suatu larutan,Tf berbanding
lurus dengan konsentrasi molal (m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai
konstanta tertentu yang besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung
pada konsentrasi zat terlarut. Semakin berat larutan, maka semakin rendah titk
bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi.
Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut dalam
larutan.
Penurunan Titik
Beku Larutan-Definisi dan Penyebabnya
Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku? Kita tahu
bahwa air murni membeku pada suhu 0oC, dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam
air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC, melainkan akan turun dibawah 0oC, inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”. Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih
rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Sebagai contoh larutan garam dalam
air akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam alkohol akan memiliki titik beku yang
lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu alkohol.
Mengapa hal ini terjadi? Apakah zat terlarut menahan pelarut agar tidak
membeku? Penjelasan mengapa hal ini terjadi lebih mudah apabila dijelaskan dari
sudut pandang termodinamik sebagai berikut.
Contoh, air murni pada suhu 0oC. Pada suhu ini air berada pada kesetimbangan antara fasa cair
dan fasa padat. Artinya kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat
atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa cair dan fasa padat pada
kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain
tingkat energi kedua fasa adalah sama.
Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh temperatur, jadi pada suhu
tertentu potensial kimia fasa padat atau fasa cair akan lebih rendah daripada
yag lain, fasa yang memiliki potensial kimia yang lebih rendah secara energi
lebih disukai, misalnya pada suhu 2oC fasa cair memiliki potensial kimia yang lebih rendah dibanding fasa
padat sehingga pada suhu ini maka air cenderung berada pada fasa cair,
sebaliknya pada suhu -1oC fasa padat memiliki potensial kimia yang
lebih rendah sehingga pada suhu ini air cenderung berada pada fasa padat.
Apabila ke dalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita
turunkan sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka
perlahan-lahan sebagian larutan akan berubah menjadi fasa padat hingga pada
suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara keseluruhan. Pada umumnya
zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat,
akibatnya pada saat proses pendinginan berlangsung larutan akan mempertahankan
fasanya dalam keadaan cair, sebab secara energi larutan lebih suka berada pada
fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut
dalam fasa cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potesnsial kimia pelarut
dalam fasa padat tidak terpengaruh.
Maka akan lebih banyak energi yang diperlukan untuk mengubah larutan
menjadi fasa padat karena titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan
menurunkan titk beku larutannya. Rumus untuk mencari penurunan titik beku
larutan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
delta Tf = Penuruan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = Tetapan konstantat titik beku larutan
Jangan lupa untuk menambahkan faktor van hoff pada rumus diatas apabila
larutan yang ditanyakan adalah larutan elektrolit.
Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu
pelarut murni akan mengalami penurunan jika kita menambahkan zat terlarut
didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0 C akan tetapi jika
kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan
menjadi dibawah 0 C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik
beku -6 C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 C.
·
Fenomena
Penurunan Titik Beku Larutan
Fenomena penurunan titik beku larutan
sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini bersinggungan langsung
dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol sebagai agen
“antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat
dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah
senyawa untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik
penurunan titik beku kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat
disosiasi suatu zat.
·
Mengukur
Penurunan Titik Beku Larutan
Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat
koligatif larutan. Untuk mengukur besarnya titik beku larutan kita
membutuhkan dua hal berikut:
1. Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas.
2. Konstanta penurunan titik beku pelarut atau Kf.
Rumus mencari perubahan titik beku larutan
adalah sebagai berikut:
?Tf = m.
Kf. i
dan titik beku
larutan dicari,
Tf =
Tpelarut murni – Tf
dimana:
?Tf = penurunan
titik beku larutan
Tf = titik beku
larutan
m = molalitas
larutan
Kf = konstanta titik
beku pelarut
i = Faktor Van’t
Hoff
Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kf lebih dikenal
dengan istilah “Konstanta Krioskopik“. Krioskopik
berasal dari bahasa Yunani yang artinya “mengukur titik beku”.
Faktor
Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur
seberapa besar zat terlarut berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik).
Faktor Van’t Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi sesunguhnya zat terlarut
yang ada di dalam larutan dibanding dengan konsentrasi zat terlarut hasil
perhitungan dari massanya. Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya
adalah 1 dan nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam
larutan. Faktor Van’t Hoff secara teori dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
i = 1 +
(n-1)?)
dengan
? adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk
ketika suatu zat berada didalam larutan. Untuk non elektrolit maka alfa = o dan
n adalah 1 dan untuk elektrolit dicontohkan sebagai berikut:
C6H12O6 ->
C6H12O6 n = 1
NaCl -> Na+ +
Cl- n = 2
CaCl2 -> Ca2+ +
2Cl- n = 3
Na3PO4 -> 3Na+ +
PO4- n = 4
Cu3(PO4)2 ->
3Cu2+ + 2PO43- n = 5
Data nilai Kf
beberapa pelarut adalah sebagai berikut:
Jika dilihat
persamaan ?Tf = m.Kf.i maka kita bisa menentukan besarnya Faktor Van’t Hoff
dari suatu zat terlarut dalam suatu pelarut dengan menggambar grafik antara ?Tf
dengan m maka kita akan mendapatkan slope (gradien garis) yang setara dengan
ixKf. Bila harga Kf pelarut diketahui maka kita pun dapat mencari nilai i-nya.
Kegunaan
dalam kehidupan sehari-hari
Berikut ini merupakan
penerapan atau aplikasi dari prinsip penurunan titik beku diantaranya ;
1)
Membuat es krim yang lembut. Perbedaan antara es batu dan es krim adalah es
batu sangat padat dan tidak berasa karena es batu hanyalah air yang membeku
tanpa tambahan apa-apap sedangkan es krim terasa lembut dan lezat karena
berbagai bahan pembuat es krimlah yang membuatnya demikian. Bahan –bahan
tersebut antara lain adalah gula, susu, cokelat, mentega, dan garam.
Bahan –bahan tambahan tersebut terutama garam dapat menurunkan titik beku
air. Sehingga es krim terasa lembut dan tidak membeku dingin meskipun.
2) Antibeku pada radiator mobil di daerah-daerah beriklim dingin air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka mesin kendaraan akan cepat rusak. Untuk mengatasinya maka dengan menambah etilen glikol diharapkan titik beku air akan menurun sehingga meskipun cuaca dingin air radiator tidak mudah membeku.
2) Antibeku pada radiator mobil di daerah-daerah beriklim dingin air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka mesin kendaraan akan cepat rusak. Untuk mengatasinya maka dengan menambah etilen glikol diharapkan titik beku air akan menurun sehingga meskipun cuaca dingin air radiator tidak mudah membeku.
3)
Antibeku dalam tubuh hewan. Hewan-hewan di daerah dingin misalnya daerah kutub
utara juga memanfaatkan prinsip koligatif penurunan titik beku untuk bertahan
hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang
mampu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC , dengan demikian, ikam laut
dapat bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1,90C karena zat
antibeku yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan
dan selnya.
4) Antibeku
untuk mencairkan salju. Di daerah yang mempunyai musim salju setiap hujan salju
terjadi jalananan akan dipenuhi oleh salju.hal ini tentu sangat membuat
kendaraan sulit untuk melaju.Untuk mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi
dengan campuran NaCl dan CaCl2. Penaburan garam tersebut dapat mencairkan
salju. Semakin banyak garam yang ditaburkan maka semakin banyak pula
salju yang mencair.
5) Es
batu pengawet ikan. Nelayan membutuhkan es batu untuk mengawetkan ikan. Agar
suhunya lebih rendah maka ditambahkan sejumlah garam pada es batu
tersebut. Maka es batu yang dicampur dengan garam akan menjadi lebih dingin
sehingga lebih efektif untuk mengawetkan ikan.
Itulah diantaranya
pemanfaatan prinsip sifat koligatif terutama pada subbab penurunan titik beku
yang sering kita temui di kehidupan kita sehari – hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar