Sistem Sungai
Dinamika
Sistem Hidrologi
Sistem sungai merupakan salah satu sistem kecil yang berada
didalam sistem hidrologi. Sistem hidrologi merupakan siklus air yang kompleks
mulai dari menguapnya air laut menuju atmosfer, kemudian menuju darat dan
kembali lagi ke laut. Ini adalah operasi sistem skala global (Gambar 7.1).
Gambar
7.1. Sirkulasi air dalam sistem hidrologi (Hamblin & Christiansen, 1995).
Sistem bermula dari panas matahari yang mengevaporasi lautan sebagai
reservoir utama air bumi. Sebagian besar air langsung kembali ke lautan sebagai
hujan. Sirkulasi atmosferik membawa sebagian uap air menuju daratan, yang kemudian
kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju. Air yang jatuh ke bumi melalui
berbagai cara akhirnya kembali juga ke lautan. Sebagian kembali ke atmosfer
karena evaporasi, tetapi yang jelas kembali melalui aliran permukaan (surface runoff) dalam sistem sungai yang
pada akhirnya bermuara di lautan (dibahas dalam bab ini). Sebagian air ada yang
meresap kedalam bumi dan bergerak perlahan melalui rongga pori tanah dan
batuan. Sebagian air ditangkap dan dimanfaatkan oleh tumbuhan dan kemudian
dibuang ke atmosfer. Sebagian lagi banyak yang terus mengalir dan masuk secara
perlahan ke sungai dan danau atau terus bermigrasi dibawah permukaan hingga
lautan. Pada daerah kutub atau di pegunungan yang tinggi, sebagian air akan
terperangkap pada kontinen sebagai glacial
ice yang pada akhirnya secara perlahan bergerak dari daerah dingin ke
daerah lebih hangat sehingga pencairan terjadi dan akhirnya aliran permukaan
mengalir hingga ke lautan.
Pentingnya
air mengalir
Kenampakan permukaan di Bumi berbeda dengan kenampakan
permukaan di Bulan. Di Bumi pandangan didominasi oleh lembah sungai (stream valley) sedangkan di Bulan
kenampakan didominasi oleh bentuk depresi kawah-kawah (crater). Lembah sungai dikenali dimanapun pada permukaan bumi, dan
air yang mengalir sangat penting sebagai penyebab utama erosi. Illustrasi yang
menggambarkan begitu dominannya lembah sungai dapat dilihat pada gambar 7.2.
(A)
|
(B)
|
(C)
|
Gambar 7.2. Erosi melalui
mengalirnya air merupakan proses dominan dalam pembentukan bentang alam. (A).
Citra Landsat dari daerah Ozark
Plateau di Missouri memperlihatkan sistem sungai dan lembah-lembahnya. Citra
diambil pada elevasi 650 km. (B) Kenampakan foto udara memperlihatkan jaringan
sungai dan lembah yang kompleks. Foto diambil pada elevasi 12 km. (C) Foto
udara memperlihatkan banyak sungai dan lembah kecil pada sistem pengaliran
(Hamblin & Christiansen, 1995).
Karakteristik
utama sistem sungai
Sungai memiliki berbagai karakter. Ada sungai yang lebar dan
ada pula yang sempit. Ada sungai yang hanya terisi air bila turun hujan, tetapi
banyak sungai yang berisi air sepanjang tahun. Karena banyak karakter itulah,
maka sungai dianggap sebagai suatu sistem yang kompleks. Sistem sungai (river system) sering disebut juga
sebagai cekungan pengaliran (drainage
basin) terdiri dari kanal utama (main
channel) dan semua percabangan sungai yang mengalir kedalamnya. Satu sistem
dibatasi oleh pembagi sistem (divide)
berupa punggungan (ridge), karena
pengaliran diluar itu menjadi satu sistem yang lain. Sistem sungai merupakan funneling mechanism (mekanisme
menyerupai corong) ketika membawa aliran permukaan (surface runoff) dan guguran batuan (rock debris) yang terlapukkan. Sistem sungai secara tipikal dibagi
atas tiga, yaitu sistem pengumpulan (collecting
system), sistem pengangkutan (transporting
system) dan sistem penyebaran (dispersing
system) (lihat gambar 7.3.).
Gambar 7.3.
Bagian utama dari sistem sungai dicirikan oleh proses geologi yang berbeda
(Hamblin & Christiansen, 1995).
·
Sistem Pengumpulan
Sistem ini terdiri dari suatu jaringan percabangan sungai
pada bagian hulu (head water region)
yang berperan mengumpulkan dan menyalurkan air dan sedimen menuju sungai utama.
Pola yang umum adalah pola pengaliran dendritik yang menyerupai pohon (dendritic drainage pattern) yang
memiliki percabangan sungai yang meluas hingga bagian hulu hingga mencapai
pembagi sistem sungai.
·
Sistem Pengangkutan
Sistem ini merupakan tubuh utama sungai yang berfungsi
sebagai saluran berlalunya air dan sedimen yang berpindah dari sistem
sebelumnya ke arah lautan. Walaupun proses utamanya adalah pengangkutan, namun
pada subsistem ini juga menerima pasokan air dan sedimen. Pengendapan terjadi
pada kelokan kanal (channel meanders)
bagian sisi dalam dan ketika luapan sungai terjadi pada sisi sungai selama
berlangsungnya banjir. Jadi, proses erosi, pengendapan dan pengangkutan terjadi
pada sistem ini.
·
Sistem
Penyebaran
Sistem ini terdiri dari jaringan pendistribusian pada muara sungai yaitu
air dan sedimen disebarkan masuk ke laut, danau atau cekungan lainnya. Proses
utamanya adalah pengendapan muatan sedimen kasar dan penyebaran material
berbutir halus juga air sungai yang masuk kedalam basin.
Tingkatan
Sistem Sungai
Pada gambar 7.2. bahwa setiap sungai dan lembah-lembahnya
merupakan bagian dari sistem pengaliran dengan masing-masing dengan
percabangannya berperan mengalirkan air dalam sistem ini. Kajian sistem
pengaliran memperlihatkan bahwa ketika sistem sungai berkembang dengan bebas
pada permukaan yang homogen, maka dengan rasio matematis mengkarakterisasi
hubungan antara percabangan sungai, ukuran dan kemiringan sungai serta lembah
sungai. Hamblin dan Christiansen (1995) menyampaikan beberapa hal penting
tentang generalisasi dan keterkaitannya dengan sungai sebagai berikut:
1.
Jumlah segmen atau percabangan sungai menurun kearah
hilir dalam progresif matematik
2.
Panjang percabangan sungai lebih besar kearah hilir
3.
kemiringan atau kelerengan sungai menurun secara
eksponensial kearah hilir
4.
Kanal sungai menjadi lebih dalam dan menjadi lebih
lebar secara progresif kearah hilir
5.
Ukuran lembah adalah tergantung dari ukuran sungai dan
peningkatan kearah hilir secara proporsional
Dinamika Aliran Sungai
Aliran air sungai merupakan suatu proses yang cukup kompleks.
Air bergerak turun melalui kanal sungai karena pengaruh gaya gravitasi.
Kecepatan aliran meningkat sesuai dengan kelerengan atau kemiringan sungai.
Aliran air tidak saja lurus tetapi dapat pula acak (turbulent). Energi sungai meningkat sejalan dengan peningkatan
kemiringan dan volume air karenanya mampu membawa muatan sedimen. Aliran sungai
sangat fluktuatif dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Beberapa
variabel penting dalam dinamika sungai adalah: (1) debit air (discharge), (2) kecepatan (velocity), (3) gradient, (4) Muatan sedimen (sediment
load), dan (5) base level (level
terendah sungai).
·
Debit (discharge)
Debit adalah jumlah air yang melalui suatu titik tertentu
dengan interval waktu tertentu. Biasanya diukur dalam satuan meter kubik per
detik. Debit aliran sangat bermanfaat untuk mengetahui perubahan pasokan air ke
tubuh sungai utama dengan melakukan pengamatan sehingga diketahui datangnya air
ke tubuh sungai apakah dari aliran permukaan atau dari rembesan airtanah yang
masuk kedalam kanal sungai. Air tanah sangat penting karena menjamin
kelangsungan air sungai sepanjang tahun yang disebut sebagai sungai permanen (permanent streams). Jika pasokan air sungai
tergantung dari musim, maka sungai kadangkala kering dan kadangkala terisi air
sehingga disebut sungai tidak permanen (intermittent
streams).
·
Kecepatan
Kecepatan aliran tidak sama sepanjang tubuh kanal sungai hal ini
tergantung dari bentuk, kekasaran kanal sungai dan pola sungai. Kecepatan
terbesar terletak pada bagian tengah kanal dan bagian atas dari bagian terdalam
kanal yang jauh dari seretan friksional pada bagian dinding dan dasar kanal
(Gambar 7.4.).
Pada sungai berkelok, zona kecepatan
maksimum berada pada bagian luar kelokan dan zona kecepatan minimum berada pada
bagian dalam kelokan. Pola ini sebagai penyebab penting terjadinya erosi secara
lateral pada kanal sungai dan migrasi pola sungai (Gambar 7.5).
Kecepatan air mengalir secara
proporsional terhadap kemiringan kanal sungai. Tingkat kelerengan yang besar
menghasilkan aliran yang lebih cepat dimana biasa terjadi pada sungai di daerah
pegunungan. Lereng yang sangat curam mendorong berkembangnya air terjun dimana
air bergerak jatuh bebas. Pada kelerengan landai, menghasilkan kecepatan lambat
bahkan mendekati nol. Aliran juga tergantung dari volume air. Volume semakin
besar, maka aliran menjadi lebih cepat.
Gambar
7.4. Variasi kecepatan aliran dalam kanal sungai alami terjadi pada posisi
vertikal dan horizontal. Friksi mereduksi kecepatan sepanjang dasar kanal dan
dinding kanal. Kecepatan maksimum pada kanal yang lurus berada pada bagian atas
dan bagian tengah dari kanal sungai (Hamblin & Christiansen, 1995).
Gambar
7.5. Aliran pada kanal berkelok mengikuti pola skrup. Air pada sisi luar
kelokan terdorong lebih cepat dibanding yang berada pada bagian dalam kelokan.
Perbedaan kecepatan ini bersama seretan friksi normal pada dinding kanal
menghasilkan pota skrup tersebut. Akibatnya erosi terjadi pada bagian luar
kelokan dan pengendapan terjadi pada bagian dalam kelokan. Hal ini menghasilkan
kanal yang tidak simetris (Hamblin & Christiansen, 1995)
·
Tingkat
kelerengan sungai (stream gradient)
Tingkat kelerengan sungai yang lebih curam biasa dijumpai di daerah hulu,
sedangkan tingkat kelerengan sungai yang landai biasa dijumpai pada daerah
hilir. Penampang longitudinal dari sungai dapat memperlihatkan kenampakan yang
mulus, cekung, cembung yang kemudian menjadi sangat datar pada bagian akhir
sungai. Contoh sungai yang berada di pegunungan Rocky memiliki tingkat
kelerengan 50m/km sedangkan pada bagian hilir di sungai Mississippi tingkat
kelerengannya hanya 1 atau 2 cm/km.
·
Muatan
sedimen (sediment load)
Air yang mengalir secara alamiah membawa material menuju ke
lautan. Kapasitas aliran sungai untuk mengangkut sedimen meningkat 3 hingga 4
kali dari kekuatan kecepatan aliran semula. Air mengalir merupakan penyebab utama
erosi tidak saja mampu mengabrasi dan mengerosi kanal tetapi berkemampuan besar
membawa sedimen urai hasil pelapukan. Didalam sistem sungai, sedimen terangkut
dalam tiga cara (Gambar 7.6.), yaitu:
1.
Partikel halus terbawa dalam suspensi.
2.
Partikel kasar terbawa melalui traksi (traction) seperti rolling, sliding dan saltation.
3.
Material terlarut terbawa dalam larutan (dissolved load)
Gambar 7.6.
Pergerakan muatan sedimen didalam sungai dilakukan dalam berbagai cara. Lempung
dan serpih terbawa secara suspensi. Partikel yang lebih besar terbawa secara
menggelinding (rolling), menggeser (sliding) dan saltasi (Hamblin &
Christiansen, 1995).
·
Base level (level terendah sungai)
Base level adalah batasan
terendah sungai mampu mengerosi hingga dasar kanalnya. Ini adalah salah satu
kunci didalam kajian aktivitas sungai. Base
level perlu dievaluasi pada daerah muara sungai dimana sungai masuk ke
laut, danau atau lainnya. Percabangan sungai tidak bisa mengerosi lebih rendah
dari base level.
Base
level sesungguhnya adalah permukaan air laut (sea level) karena sesungguhnya energi sungai akan tereduksi hingga
nol ketika memasuki laut. Ketika permukaan laut yang tenang dapat berubah, maka
permukaan air laut dan base level
akan berubah sehingga penampang longitudinal berubah karena sungai menyesuaikan
dengan kondisi yang baru.
Kecepatan
Ambang bagi transportasi sedimen
Kajian eksperimental menunjukkan kapasitas air untuk
melakukan erosi, pengangkutan dan pengendapan sedimen (lihat gambar 7.7.).
Kecepatan yang mampu mengangkat dan membawa partikel dapat dilihat pada kurva
bagian atas. Garis kurva ini menggambarkan kecepatan erosi yang sangat
bergantung pada karakteristik air, ukuran dan densitas butiran untuk
digerakkan. Kurva bagian bawah menggambarkan kecepatan pengendapan (settling velocity) yang berarti partikel
melepaskan diri dari suspensi. Partikel kecil seperti lempung dan lanau halus
memerlukan kecepatan yang sangat besar untuk mengangkatnya karena bila dalam
kondisi mengendap mereka cenderung saling menyatu. Hanya partikel berukuran
halus yang masih tersuspensi dalam kecepatan minimum.
Gambar 7.7.
Kecepatan ambang dari pengangkutan sedimen memberikan pengetahuan penting
tentang terhadap proses erosi, transportasi dan pengendapan (F. Hjulstrom dalam
Hamblin & Christiansen, 1995).
Proses Erosi Sungai
Sistem sungai mengerosi bentang alam melalui tiga proses, yaitu (1)
pemindahan regolith (lapisan fragmen
batuan dan batuan yang tidak terkonsolidasi di permukaan bumi), (2) penggerusan
(downcutting) kanal sungai melalui
abrasi, dan (3) erosi kearah hulu (headward
erosion)
Proses pemindahan regolith merupakan proses sederhana yang
penting yakni pengerosian yang memindahkan dan membawa tanah dan runtuhan
batuan (rock debris) yang dihasilkan
selama pelapukan. Bila materialnya mudah larut maka akan terbawa dengan proses
pelarutan.
Penggerusan merupakan proses erosi
yang mendasar pada semua kanal sungai. Prosesnya disertai dengan abrasi bagian
dasar kanal oleh pasir dan gravel ketika mengerus dalam air yang mengalir.
Mineral abrasi seperti garnet, corundum atau quartz terseret sambil menggerus dan memotong batuan dengan
kecepatan yang luar biasa (Gambar 7.8).
Hal menarik dari penggerusan dasar
kanal adalah aksi pengeboran oleh kerikil dan kerakal yang terperangkap dalam
depresi dan pusaran arus. Pergerakan rotasional dari pasir, gravel dan bongkah
seperti mengebor dan membuat lubang dalam yang dikenal sebagai potholes (Gambar 7.9).
Gambar 7.8. Pasir dan gravel dapat menjadi alat erosi dan berperan
mengabrasi dengan kuat ketika tertransport oleh sungai. Grand Canyon, Arizona
(Hamblin & Christiansen, 1995).
|
Gambar 7.9. Potholes adalah tererosinya dasar
sungai oleh pasir, kerikil dan kerakal yang berotasi karena eddy’s current. Potholes dari tepi ke tepi sekitar 10 meter (Hamblin &
Christiansen, 1995).
|
Faktor
penting lain dari penggerusan kanal sungai adalah migrasi kearah hulu (upstream migration) dari air terjun (waterfalls). Ketika kecepatan jatuhan
air meningkat, maka turbulensi pada bagian dasar airterjun akan besar sehingga
erosi cepat sekali pada dinding tebing dan akhirnya mampu membuat airterjun
mundur kearah hulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar