BATUAN SEDIMEN
BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan. ( Pettjohn, 1975 )
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan
ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran
butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting
lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku,
batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen
hanya 5% dari seluruh batuan – batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah
5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat
dibedakan menjadi 2 macam :
- Batuan Sedimen Klastik
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi.
Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Sifat – sifat utama batuan sedimen :
1. Adanya bidang perlapisan
yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
2. Sifat klastik yang
menandakan bahwa butir – butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas –
bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur,
selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
Volume batuan sedimen dan
termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litofera
dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku
mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan – batuan
sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku
sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai
yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya
2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar
lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan
singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan
dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu
tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang
dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari
3 kilometer, sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 1 kilometer.
Total volume dan massa dari
batuan – batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda – beda,
termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam
bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata – rata dari lapisan
batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan
benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih
tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari
batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah
dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume
batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108 kilometer kubik.
( Danang Endarto, 2005 )
( Danang Endarto, 2005 )
- Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen
Berbagai penggolongan dan
penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik berdasarkan genetis
maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan ( Pettjohn, 1975 dan
W.T. Huang, 1962 )
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk
dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat
berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
Batuan sedimen diendapkan
dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini
berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun
dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi
pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung
tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa
terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut
termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus
halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan
yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari
laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan
berlangsung sedimen mengalmi diagenesa yakni, proses proses – proses yang
berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan
keras. Proses diagenesa antara lain :
A. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir
sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan
hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
B. Sementasi
B. Sementasi
Yaitu turunnya material –
material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir – butir
sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan
pada ruang butir makin besar.
C. Rekristalisasi
C. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali
suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material
sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.
D. Autiqenesis
D. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral
baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan
partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui
sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
E. Metasomatisme
Yaitu pergantian material
sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk
dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah
kristalisasi langsung atau reaksi organik. Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980
batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan
dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi,
konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan
sungai dan danau atau laut.
B. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam
golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang
termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali
terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh
proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di
lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada
lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali
macamnya tergantung pada material penyusunnya.
D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini
adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya.
Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan
golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan
sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada
umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah
tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut.
Batuan – batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu
garam.
F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk
dari unsur – unsur organik yaitu dari tumbuh – tumbuhan. Dimana sewaktu
tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di
atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan
terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali
tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat
tersebut.( Danang Endarto, 2005 ) II.
3. Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya,
batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sediment klastik dan non klastik. Batuan
sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material – material
hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
Tekstur adalah suatu
kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya.
Butiran tersusun atau terikat oleh semen dan masih adanya rongga di antara
butirnya. Pembentukannya di kontrol oleh media dan cara transportasinya.
Pembahasan tekstur meliputi :
1. Ukuran Butir (Grain Size)
1.1 Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922
NO Nama Butir Besar Butir (mm)
1 Bongkah 256
2 Berangkal 256 – 64
3 Kerakal 64 – 4
4 Pasir Sangat Kasar 4 – 2
5 Pasir Kasar 2 – 1
6 Pasir Sedang 1 – ½
7 Pasir Halus ½ - ¼
8 Pasir Sangat Halus ¼ - 1/8
9 Lanau 1/16 – 1/256
10 Lempung < 1/256
2. Pemilahan (Sorting)
Adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan
semakin baik. Ada 3 macam pemilahan yaitu :
A.Well sorted : terpilah baik
B. Medium sorted : terpilah sedang
C. Poor sorted : terpilah buruk
- Kebundaran
Adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya
bisa di amati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari
bentuk batuan yang terdapat dari batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak
sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai
perbandingan sebagai berikut :
1.
Wellrounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
2.
Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan – permukaan bundar, ujung – ujung dan tepi – tepi
butiran bundar.
3.
Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang membundar.
4.
Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang tajam.
5.
Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.
- Shape
Adalah bentuk daripada butiran itu sendiri dan dapat dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
A. Oblate / lobular
B. Equent / equiaxial
C. Bladed / traxial
D. Prolate / rod shaped
- Porositas
Adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari batuan.
- Permeabilitas
Permeabilitas sukar ditentukan tetapi dapat dikira – kira melalui porositas. Salah satu metoda pendekatan untuk mengetahui permeabilitas adalah dengan menempatkan setetes air pada sekeping yang kering dan mengamati kecepatan air merembes. Istilah yang biasa dipergunakan adalah :
- Fair : 1 – 10 md
- Good : 10 – 100 md
- Very good : 100 – 1000 md
- Matrix
Adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek
geometri tak begitu penting, terdapat di antara butiran sebagai massa dasar.
- Semen
Adalah bukan butir, tapi material pengisi rongga antar butir, biasanya
dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan – bahan semen yang lazim adalah :
- Klasit – oksida
- Solomit – silica
- Sulfat – Siderit
- Kemas (fabric)
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas, yaitu :
A. kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan.
B. kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan. ( Danang Endarto, 2005 )
Struktur Batuan Sedimen
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan darim perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentuknya. Pembentuknya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera
setelah proses pengendapan. Dengan
kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang
lebih besar.
- Struktur sedimen berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya struktur
sedimen yang terbentuk dapat dikelompokan menjadi 3 macam:
A. Struktur sedimen primer
Terbentuk karena proses
sedimentasi dengan demikian dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya.
B. Struktur sedimen sekunder
Terbentuk sesudah sedimentasi,
sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapannya.
C. Struktur organik
Terbentuk oleh keadaan
organisme seperti molusca, cacing atau bintang lainnya.
Struktur batuan sedimen tidak
banyak yang dapat dilihat dari contoh – contoh batuan di laboratorium. Macam –
macam struktur batuan sedimen yang penting antara lain adalah struktur
perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen
klastik yang mengahasilkan bidang – bidang sejajar sebagai hasil dari pross
pengendapan.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
1. Adanya perbedaan warna
mineral.
2. Adanya perbedaan ukuran
besar butir.
3. Adanya perbedaan warna
komposisi mineral.
4. Adanya perbedaan macam
batuan.
5. Adanya perbedaan struktur
sedimen.
6. Adanya perbedaan
kekompakan.
- Struktur sedimen berdasdarkan saat terjadinya.
Secara garis besar struktur
dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Struktur sygnetik
A. Struktur sygnetik
1) Karena proses fisik
a. External structure
Contoh : bentuk lembaran,
lensa, lidah, delta dan shoestring.
b. Internal structure
b. Internal structure
1). Perlapisan dan laminasi
- Normal current bedding yaitu
perlapisan karena arus normal, missal perlapisan sejajar. Berdasarkan ukurannya
dibedakan menjadi :
a. laminasi : bila tebal
lapisan kurang dari 1 cm.
b. stratum : bila tebal
lapisan lebih dari 1 cm.
c. beds : kumpulan dari
beberapa laminar dan strath.
- Cross bedding yaitu
perlapisan silang siur yang terjadi akibat adanya perubahan arus.
- Graded bedding yaitu
perlapisan tersusun yang terjadi karena adanya pemilihan ukuran butir dari
halus ke kasar.
2). Features of bedding planes yaitu bentuk dari permukaan lapisan
selama proses sedimentasi.
- Ripplemarke yaitu bentuk
permukaan bergelombang karena adanya
proses satu arah.
- Mud crack yaitu bentuk –
bentuk retak – retak pada lapisan lumpur,
biasanya berbentuk segi lima.
- Flute cast yaitu bentuk
gerusan pada permukaan lapisan yang bentuknya seperti seruling.
- Load cast yaitu lekukan pada
batas perlapisan yang diakibatkan oleh gaya tekan dari muatan yang ada di
atasnya.
3). Deformation structure
Yaitu terjadinya perubahan
struktur batuan pada saat sedimen terendapkan karena adanya tekanan.
- Post deposisional blump
features yaitu struktur luncura yang terjadi akibat adanya desakan yang tinggi.
- Intraformational konglomerat
yaitu struktur hancuran yang menyerupai konglomerat karena adanya pergerakan
pada sedimen sebelum mengalami litifikasi.
2). Karena proses biologi
2). Karena proses biologi
a.
External structure
- Biostromes yaitu struktur
batu gamping yang berlapis
- Biohern yaitu panggul buklit
yang mempunyai penyebaran terbatas.
b. Internal structure
- Misalnya fosil dalam batuan.
B. Struktur epigenetic
1). Karena proses fisik
a. External structure
- Batas antar tiap lapisan :
o Batas tegas atau gradual
o Batas selaras
o Lipatan dan sesar
b. Internal structure
- Clastic dike yaitu trjadi
karena adanya tekanan hidrostatika yang kuat sehingga material seperti di
injeksikan.
2). Karena proses kimia atau organisme
- Corrosion zone
- Concretions
- Stilotites
- Cone in cone
- Cristal mold and cast
- seins and dike
3). Genesa Struktur – struktur Batuan Sedimen
A. Massif
Batuan massif bila tidak
menunjukan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.
B. Graded Bedding
Lapisan yang dicirakan oleh
perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila bagian bawah kasar
dan keatas semakin halus disebut normal grading.
C. Laminasi
Perlapisan dan struktur
sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm terbentuk bila pola
pengendapannya dengan energi yang konstan.biasanya terbentuk dari suspensi
tanpa energi mekanis.
D. Cross lamination
1). Cross lamination
Secara umum dipakai untuk
lapisan miring dengan ketebalan kuranmg dari 5 cm, dengan fareset ketebalannya
lebih dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi yang tunggal yang terdiri dari
urut – urutan sistematik.
2). Cross bedding
Secara umum bentuk fisik cross
lamination, yang membedakan hanyalah ketebalannya, yaitu lebih dari 5 cm untuk
cross bedding.
E. Clastic Imbrication
E. Clastic Imbrication
Adalah suatu struktur
sedimentasi yang dicirikan oleh fragmen – fragmen tabular yang overlapping dan
menunjukan arus ke atas pada daerah yang berbatu – batu atau pada daerah yang
miring. Biasanya pada daerah fluvial.
F. Primary current kination
Adalah struktur sdimentasi
yang berbentuk garis pada di dalam batuan yang terbentuk oleh arus utama,sering
diterapkan pada batuan sedimen yang biasanya menunjukan pelurusan suatu garis tunggal
dari kumpulan cangkang.
G.
Fosil
orientation
Adalah struktur sedimen yang
menunjukan orientasi tertentu dari kumpulan fosil yang menunjukan arah arus
sedimentasi yang di akibatkan oleh pengenangan yang energi transportasinya berkurang,
sedangkan fosilnya sendiri mempunyai bentuk – bentuk yang dapat berorientasi.
H. Load cast
H. Load cast
Adalah struktur sedimen yanq
terbentuk akibat tubuh sedimen yang mengalami pembebanan oleh material sedimen
lain di atasnya.
I. Flute cast
I. Flute cast
Adalah struktur sedimen yang
berupa celah dan terputus – putus serta berbentuk kantong, dengan ukuran 2 – 10
cm, struktur ini terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran turbulen
dari air merupakan gerusan dari media transportasi yang membawa material
kemudian material – material tersebut mengisinya yang biasanya berupa pasir.
J. Mud cracks
adalah struktur sedimen yang
berupa retakan – retakan pada tubuh sedimen bagian permukaan, biasanya pada
tubuh campur yang berkembang sifat kohesinya. Hal ini akibat perubahan suhu dan
pengerutan.
K. Tool marks
Adalah material – material
pasir yang terbawa arus menggerus permukaan lumpur dan meninggalkan jejak yang
menjadi tempat berkumpul material pasir tersebut dan gerakan merupakan tonjolan
lapisan pasir ke bawah.
L. Rain print
Adalah suatu lubang lingkaran
atau elips kecil yang terbentuk di atas lumpur yang masih basah oleh air hujan
yang kemudian setelah lumpur itu kering di atasnya terendapkan lapisan
batupasir.
M. Flame structure
Adalah structure sedimen yang
berupa bentukan dari lumpir yang licin dan memisahkan ke bawah membesar
membentuk load cast dari pasir pada kontak antara lempung dan pasir. Kenampakan
structure ini menyala pada cross section dari shale yang memasuki batupasir
akibat tekanan lateral.
N. Ball, pillow or pseudonodule structure
Adalah suatu bentuk akibat
gaya beban dari atas pada shale oleh batupasir dimana shale tersebut belum
dapat benar.
O. Convolute bedding
Adalah struktur deformasi dari
suatu lapisan yang membentuk perlapisan meliuk – liuk dengan ketebalan lapisan
2 – 25 cm.
P. Scours
Adalah
struktur sedimen yang terbentuk pada tubuh sedimen di mana terbentuknya lebih
awal yang kemudian tergerus oleh arus berikutnya.
Q. Channels
Q. Channels
Struktur
sedimen yang mempunyai ciri erosional yang kelok – kelok dan merupakan bagian
dari sistem transportasi yang mempunyai energi penggerusan cukup besar.
R. Dish and pillow structure
Adalah
struktur sedimen yang terbentuk oleh bantal dan mangkok yang terbentuk oleh
sedimen pasir yang belum terkonsilidasi telah tertimbun sedimen lain di atasnya
sehingga mengalami penekanan ke bawah.
S. Low relief erosion surface
Adalah
struktur sedimen yang terbentuk relief rendah pada permukaan tubuh
sedimenakibat proses erosi.
T. Syndepositional fold and slumps
Adalah suatu
bentukan lipatan kecil pada batupasir yang terjadi karena perlapisan batupasir
tersebut belum terkonsilidasi benar.
U. Hard ground mass
Adalah
struktur sedimen yang terbentuk akibat dari akumulasi material sedimen yang
khas di dalam tubuh sedimen lain yang relatif lunak.( Danang Endarto, 2005 )
3. Batuan Sedimen Non Klastik Kimiawi
a. Batuan – batuan Sedimen Evaporit
Nama batuan
adalah nama mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yaitu dikenal
sebagai mineral garam. Sebetulnya telah dikenal 30 mineral garam di
endapan evaporit di Strassfurt, Jerman, tetapi hanya 3 mineral (batuan) yang
terdapat paling banyak dan yang lainnya sangat sedikit. Ketiga mineral tersebut adalah, gip (CaSO4
2H2O), anhidrit (CaSO4), dan halit (NaCl).
Batuan
evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis – lapis. Anhidrit
sering memperlihatkan perlapisan yang rumit, karena batuan ini bersifat
kristalin tetapi air dalam pori – porinya memperlihatkan struktur aliran.
Evaporit
terdapat berinterklasi dengan sedimen biasa, terutama serpih merah dan dolomit
umumnya dengan sedimen merah. Banyak pula terdapat diatas atau interklasi
dengan karbonat terutama dolomit, juga sering berasosiasi dengan bitumina.
Evaporit
belum pernah didapatkan secara meyakinkan di Indonesia. Paling banyak terdapat
di Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah (Iran).
Pada umunya
anhidrit dan gip ini mendominir endapan evaporit, malah kebanyakan evaporit
tidak memperlihatkan adanya halit. Ketebalan keseluruhannya dapat berkisar 8
sampai 1.500 meter (di New Mexico, Perm), 300 – 500 meter terdiri anhidrit,
berlaminasi yang diinterpretasikan sebgai varva.
Walaupun
diduga keras evaporit berasal dari penguapan air laut, namun ada beberapa
persoalan seperti :
• Bagaimana
terjadi pengendapan dari air laut itu yang memberikan lebih banyak anhidrit
daripada halit.
• Apakah
yang diendapkan itu gip atau anhidrit.
• Bagaimana
mekanisme pengkonsentrasian serta penguapan air asin itu menjadi evaporit.
Beberapa
batuan sedimen non klastik kimiawi jenis evaporit yang utama :
1) Batuan Gip
Batuan ini terdapat secara
kristalin kasar sampai halus granular. Batu gip dapat pula masif, dan sering
terdapat sebagai kristal – kristal yang kasar tetapi yang demikian biasanya
terdapat sebagai urat atau kristal nodul dalam lumpur atau pasir. Batuan ini
memperlihatkan struktur pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai
fenokrisnya.
2) Batuan Anhidrit
Batuan ini lebih banyak
terdapat daripada gip, juga berlapis tetapi kadang – kadang masif, tebal dan
meluas. Struktur sedimennya memperlihatkan laminasi yang keriput, pada umumnya
granular halus, tetapi di bawah mikroskop kristal kasar, tetapi juga serabut
dengan massa kristalin kasar. Kenampakan porfiritik disebabkan penyabaran
kristal gip diantaranya.
3) Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara
masif dan secara kristalin kasar, kadang – kadang berlaminasi. Sering
berinterlaminasi (beberapa cm) denga sisipam tipis (seperti kertas) oleh
anhidrit atau dolomit. Juga garam hitam sering berinterklasi denga garam putih
berbentuk kristal kubus. Halit sering menjadi terobosan – terobosan yang
membentuk saltdome (kubah garam). Hal ini disebabkan berat jenis yang lebih
rendah dibandingkan batuan sekeliling dan sifat mudah mengalir pada temperatur
dan tekanan rendah.
b. Batuan
–batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk kedalam
golongan ini adalah batuan yang bersifat monomineral, dan banyak serta langka
terdapat sebagai batuan, seperti :
• Rijang (Chert)
Komposisi dari rijang adalah
opal, kalsedon, kuarsa, kristobalit, dan sedikit mengandung kalsit dan dolomit.
Tekstur batuan ini seperti mikrokristalin kuarsa dan kalsedon euhedral sampai
poli-hedral.
Tabel. Komposisi Kimia dari
Rijang
Senyawa Rijang Batupaneker
Nodul Rijang Serpih Diatomea Rijang Hijau
SiO2 93.54 98.93 70.78 73.71
85.78
TiO2 0.03 0.50
Al2O3 2.26 0.14 0.45 7.25 5.68
Fe2O3 0.48 0.06 0.02 2.63 2.92
FeO 0.08 0.30 0.44 2.09
MnO 0.79 0.01 0.02
MgO 0.23 0.02 1.88 1.47 0.25
CaO 0.66 0.04 12.90 1.72 0.48
Na2O 0.37 0.05 1.19 0.68
K2O 0.51 0.06 1.00 0.36
H2O+ 0.72 0.17 0.32 6.94
H2O- 0.21 0.27 0.48 2.88 1.88
P2O5- 0.16 0.24
CO2 0.02 12.04
SO3 0.16
C 0.18 0.33
Total 99.86 99.92 100.14
100.13 100.13
(Koesoemadinata, 1981)
Tabel diatas menunjukan
kandungan dan jumlah setiap senyawa kimia, tetapi jumlah SiO2 biasanya antara
82,69 – 99,49 %.
Batuan rijang terdapat secara
berlapis – lapis, berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau sebgai nodul -
nodul dalam gamping.
Rijang yang berlapis biasanya
berasosiasi dengan endapan geosinklin (subdunction zone), denga ketebalan
ratusan meter dengan sisipan serpih hitam juga berasosiasi denga arus turbidit
dan lumpur silika, mengandung diatomea atau radiolaria, kedalaman laut adalah
120 - 200 meter.
Rijang yang berlapis dapat
berasal dari organik dengan pertolongan radiolaria dan diatomea, atau berasal
dari kimia.
Rijang yang berupa nodul, pada
umumnya sebagai replacement dari gamping, ada yang menyatakan silika diendapkan
bersama dengan gamping.mungkin secara biokimiawi silika diambil dari air laut.
Kadang – kadang membentuk jaringan dan dapat menyerupai rijang berlapis.
4. Batuan
Sedimen Non Klastik Biologis (Organik)
Batuan Karbonat
Semua batuan terdiri dari
garam karbonat, dalam praktiknya gamping (limestone) dan dolomit lebih utama.
Kata karbonat dewasa ini lebih sering dipakai dalam industri minyak bumi.
Karbonat mempunyai
keistimewaan dalam cara pembentukannya, yaitu hanya dari larutan, praktis tidak
ada sebagai detritus daratan. Pembentukan secara kimiawi, tetapi yang penting
adalah turut sertanya organisme.
Hal yang lain adalah terbentuknya klastik sebagai fragmentasi atau pembentukan sekunder sebagai contoh colitik, dan pengendapan menyarupai detritus.
Komposisi kimia dan mineral
Hal yang lain adalah terbentuknya klastik sebagai fragmentasi atau pembentukan sekunder sebagai contoh colitik, dan pengendapan menyarupai detritus.
Komposisi kimia dan mineral
Tidak memperlihatkan
lingkunganpengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi
dan penggantian kalsium karbonat.
a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)
Bentuk yang paling tidak
stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum – jarum aragonit biasanya diendapkan
secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah
menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit seperti
moluska.
b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)
Mineral ini lebih stabil, dan
biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi dari
aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal –
kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2
Juga merupakan mineral
penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan kalsit
berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi
langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.
d. High Magnesium Kalsit
Larutan padat dari MgCO3 dalam
kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.
e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi denga
evapori.
- Tekstur Batuan Sedimen Non Klastik
Tekstur dapat dibedakan menjadi
dua macam :
f. Kristalin
f. Kristalin
Tekstur ini
terdiri dari kristal – kristal yang interlocking yaitu kristal – kristal yang
saling mengunci satu denga yang lain. Pemerian dapat memakai skala Wenworth
denga modifikasi sebagai berikut :
Nama Butir Besar Butir (mm)
Nama Butir Besar Butir (mm)
Berbutir
Kasar 2
Berbutir
Sedang 1/16
Berbutir
Halus 1/256
Berbutir
Sangat Halus
g. Amorf
Tekstur ini
terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal – kristal atau amorf (non
klastik), umumnya berukuran lempung atau koloid, contoh : rijang masif
- Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur batuan sedimen non
klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun kegiatan organik.
Macamnya antara lain yang
penting :
·
Fosilliforous
Struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari fosil (sedimen organik).
Struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari fosil (sedimen organik).
·
Oolitik
Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm (0,25 – 2 mm) kristal – kristal berbentuk bulat atau elipsoid, seperti telur ikan. Contoh : batugamping oolit.
Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm (0,25 – 2 mm) kristal – kristal berbentuk bulat atau elipsoid, seperti telur ikan. Contoh : batugamping oolit.
·
Pisolitik
Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besar dari 2 mm. contoh : batugamping pisolitik.
Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besar dari 2 mm. contoh : batugamping pisolitik.
·
Konkresi
Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak menunjukan adanya sifat konsentris.
Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak menunjukan adanya sifat konsentris.
·
Cone
in cone
Struktur pada batugamping
kristalin yang menunjukan pertumbuhan kerucut perkerucut.
·
Bioherm
Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu
Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu
·
Blostrome
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome merupakan struktur luar yang hanya tampak dilapangan.
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome merupakan struktur luar yang hanya tampak dilapangan.
·
Septaria
Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung . ciri khasnya adanya rekahan – rekahan yang tidak teratur akibat penyusutan bahan – bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang kemudian celah – celah yang terbentuk terisi oleh kristal – kristal karbonat yang kasar.
Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung . ciri khasnya adanya rekahan – rekahan yang tidak teratur akibat penyusutan bahan – bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang kemudian celah – celah yang terbentuk terisi oleh kristal – kristal karbonat yang kasar.
·
Geode
Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal bisa kalsit ataupun kuarsa.
Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal bisa kalsit ataupun kuarsa.
·
Styolit
Styolit ini merupakan hubungan antar butir yang bergengsi.
Styolit ini merupakan hubungan antar butir yang bergengsi.
Komposisi mineral batuan
sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan penamaan batuan. Pada batuan
sedimen jenis non klastik biasanya komposisi mineralnya sederhana yaitu bila
terdiri dari satu atau dua macam mineral. Sebagai berikut :
Batugamping : Kalsit dolomit
Chert : Kalsedon
Gypsum : Mineral gypsum
Anhidrit : Mineral anhidrit
- Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan
sedimen dengan komposisi yang dominan (> 50 %) terdiri dari mineral –
mineral atau garam – garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi
batugamping dan dolomit.
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil. Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil. Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Proses pembentukannya dapat
terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun
biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan
yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain.
Seluruh proses tersebut
berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas dan detritus asal darat.
Batugamping klastik adalah
batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus batugamping asal.
Contoh : Kalsirudit : butiran
berukuran rudit (granule)
Kalkarenit : butiran berukuran
arenit (sand)
Kalsilutit : butiran berukuran
lutit (clay)
Batugamping non klastik adalah
batugamping yang terbentuk dari proses-proses kimiawi maupun organis. Umumnya
bersifat monomineral.
Dapat dibedakan :
Dapat dibedakan :
• Hasil biokimia : bioherm,
biostrom
• Hasil larutan kimia :
travertin, tufa
• Hasil replacement : batugamping
fosfat, batugamping dolomit, batugamping silikat dan lain-lain.
a. Tekstur Batuan Karbonat
Dewasa ini tekstur batuan
karbonat lebih dipentingkan pada susunan mineralogi. Tekstur ini berhubungan
dengan sifat reservoir dalam bentuk minyak dan juga dari segi sedimentasi.
1). Besar Butir
1). Besar Butir
Sering ukuran tersendiri,
tetapi hal ini tidak dianjurkan. Lebih baik dipergunakan skala Wentworth
seperti dianjurkan oleh Leighton dan Pendexter (1962).
Mulai
0,0625 mm ke bawah maka tipe butir dan juga penelitian di bawah mikroskop
menjadi mikrit (micrite) atau berupa lumpur (mud) atau berbutir halus
(aphanitik). Secara makroskopis kurang dari 1 mm, tipe butir sudah sukar
ditentukan sehingga istilh grain atau klas dapat dipakai.
2). Bentuk Butir
Bentuk
butir juga penting dalam mempelajari gamping terutama dalam memperlihatkan energi
di lingkungan pengendapan. Dalam bioklast, derajat dari abrasi dan peristilahan
seperti pada detritus dipergunakan untuk fragmen-fragmen pada umumnya. Bioklast
dapat dibedakan menjadi cangkang – cangkang yang utuh atau fragmen kerangkan
yang utuh atau bekas pecahan jelas dan yang kedua yang telah terabrasi atau
bundar. Non fragmen, istilah kebundaran seperti diartikan oleh abrasi atau
transport yang jauh. Dan bentuk-bentuk yang lebih cocok ialah spherudal dan
ovoid. Di antara kerangka atau butir sering diisi oleh matriks atau semen.
3). Semen
Biasanya
terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas atau disebut juga spari kalsit
(spray calcite) atau spar. Semen dapat di amati di bawah mikroskop dan semen
ini terjadi pada waktu diagenesa pengisian rongga-rongga oleh larutan yang
mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas. Kadang-kadang sukar untuk
membedakannya denga kalsit sebagai hasil rekristalisasi yang biasanya lebih
halus da disebut mikrospar.
4). Matrik
Matrik
adalah butir-butir karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada waktu
sedimentasi. Biasanya halus sekali dari bentuk-bentuk kristal tidak dapat di
identifikasi, hampir opak di bawah mikroskop.
Hasil dari
matrik ini dapat berupa :
a)
Pengendapan langsung sebagai jarum (aragonit) secara kimiawi / biokimiawi, yang
kemudian berubah menjadi kalsit.
b)
Merupakan hasil abrasi, gampimg yang telah dibentuk misalnya koral, alga dan
sebagainya dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan-pukulan gelombang dan
merupakan tepung kalsit. Tepung kalsit ini membentuk lumpur apu, dan diendapkan
terutama di daerah-daerah yang tenang.
b. Struktur Batuan Karbonat
Pemeriannya
hampir sama denga pemerian batuan sedimen klastik.
Komposisi Batuan Karbonat
Pada komponen batuan karbonat
juga terdapat pemerian fragmen, matrik, semen, hanya berbeda istilahnya saja,
komposisi meliputi allochem.
Allochem
merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau butir-butir klastik dari
hasil abrasi batugamping yang sebelumnya ada.
Macam-macam Allochem :
Macam-macam Allochem :
1) Kerangka
Organisme (skeletal) : merupakan fragmen yang terdiri atas cangkang – cangkang
binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.
2)
Interclast : merupakan fragmen yang terdiri atas butiran-butiran dari hasil
abrasi batugamping yang sebelumnya telah ada.
3) Pisolit
: merupakan butiran – butiran colit denga ukuran lebih besar dari 2 mm.
4) Pellet :
merupakan fragmen yang mempunyai colit tetapi tidak menunjukkan adanya struktur
konsentris.
Mikrit
Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal-kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi dari prespitasi air laut dengan mengisi rongga antar butir.
Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal-kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi dari prespitasi air laut dengan mengisi rongga antar butir.
Sparit
Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir halus (0,02 – 0,1 mm) dapat terbentuk langsung dari semen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.
Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir halus (0,02 – 0,1 mm) dapat terbentuk langsung dari semen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.
c. Tipe – tipe gamping utama
Tipe gamping ini berdasarkan
kenampakan di lapangan, dapat dibagi menjadi :
1). Tipe gamping kristalin
1). Tipe gamping kristalin
Gamping kristalin kasar tidak
dibentuk secara langsung dari pengendapan, tetapi biasanya dari hasil
rekristalisasi dari gamping yang lain, dari gamping klastik ataupun gamping
terumbu ataupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut
neomorphisme. Gamping kristalin kasar mungkin juga diendapkan secara langsung
dalam asosiasi dengan pengendapan evaporit.
Dolomit terbentuknya batuan ini terbagi menjadi tiga, yaitu pertama pengendapan langsung dalam supratidal atau evaporit. Kedua dalam pengendapan pori-pori gamping klastik di daerah supratidal sabkha, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal denga proses seepage reflux.
Dolomit terbentuknya batuan ini terbagi menjadi tiga, yaitu pertama pengendapan langsung dalam supratidal atau evaporit. Kedua dalam pengendapan pori-pori gamping klastik di daerah supratidal sabkha, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal denga proses seepage reflux.
Pada
pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg / Ca ratio = 5
: 1, sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di
daerah gurun atau daerah tropis yang kering.
2). Tipe gamping afanitik
Terdiri
dari butir-butir lebih kecil dari 0,005 mm. Tipe ini tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan gamping) atau
kristal-kristal halus. Beberapa nama untuk istilah batuan ini adalah
micrite, mudstone, calcilutite, lithographic, dan sublithographic.
Batuan ini memiliki beberapa cara terbentuknya, seperti
yang pertama penggerusan gamping yang telah ada, misalnya penghancuran terumbu
oleh gelombang. Kedua dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut
yang telah kelewat jenuh akan CaCO3, sebagai jarum-jarum aragonit. Dan ketiga
dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycae) sebagai
jarum-jarum aragonit.
Lingkungan pembentukan batugamping ini yaitu diendapkan di daerah dangkal yang terlindung lagoon di belakang terumbu, penguapan yang kuat dan dengan bantuan ganggang. Biasanya kaya akan zat organis dan diacak – acak oleh binatang, sehingga tidak memperlihatkan perlapisan.
Lingkungan pembentukan batugamping ini yaitu diendapkan di daerah dangkal yang terlindung lagoon di belakang terumbu, penguapan yang kuat dan dengan bantuan ganggang. Biasanya kaya akan zat organis dan diacak – acak oleh binatang, sehingga tidak memperlihatkan perlapisan.
3). Tipe gamping
klastik
Batuan ini masih dapat dibagi lagi menjadi,
bioklastik, interclast ? fragmenter dan klastik non fragmenter. Berdasarkan
besar butirnya batuan ini terbagi menjadi :
• Lebih besar dari 2 mm
Jika terdiri dari cangkang – cangkang / kerangka,
disebut Cocquina, jika terdiri dari moluska dan fragmen koral.
• Jika lebih kecil dari 0,25 mm
Sukar untuk membedakan partikel – pertikel pembentuk,
maka sering dipergunakan istilah seperti, micrograned atau microgranular.
• Jika sudah tidak dapat di identifikasi, maka istilah
– istilah yang biasa dipergunakan adalah kalkarenit terutama jika tekstur jelas
menyerupai pasir, granular limestone, clastic limestone, dan fragmental
limestone.
4). Tipe gamping kerangka
Tipe gamping ini terdapat paling banyak dalam Tersier
di Indonesia. Tipe ini sering membentuk terjal pada singkapan, masif tidak
berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Komponen utama dari batuan ini adalah suatu kerangka yang utuh seperti dalam keadaan aslinya. Bentuk serta jaringan kerangka bergantung pada jenis organisme yang membentuknya. Endapan gamping kerangka diklasifikasi menurut unsur-unsur fauna atau flora yang bertanggung jawab atas pembentukannya. Terumbu (reef) misalnya didasarkan atas tipe organisme yang membentuk kerangka. Jika unsur-unsur flora atau fauna tak dapat diidentifikasikan secara positif pada tingkatan spesies, maka istilah-istilah umum seperti gamping alga koral (koral-ganggang) atau gamping kerangka moluska dapat digunakan. Pada umumnya ganggang merupakan penyekat pengikat atau mengisi dari kerangka organisme, sehingga merupakan suatu bangunan yang kukuh, yang tahan gelombang. Sering berupa kerak dan mempunyai struktur berlaminasi halus yang bergelombang.
Komponen lainnya yang biasa terdapat ialah bioclast, ataupun fragmen-fragmen lainnya dapat ikut terikorporasi di dalamnya. Komponen yang penting seperti foraminifera terutama foram besar, moluska sering terdapat kadang-kadang merupakan kerangka tersendiri.
Komponen utama dari batuan ini adalah suatu kerangka yang utuh seperti dalam keadaan aslinya. Bentuk serta jaringan kerangka bergantung pada jenis organisme yang membentuknya. Endapan gamping kerangka diklasifikasi menurut unsur-unsur fauna atau flora yang bertanggung jawab atas pembentukannya. Terumbu (reef) misalnya didasarkan atas tipe organisme yang membentuk kerangka. Jika unsur-unsur flora atau fauna tak dapat diidentifikasikan secara positif pada tingkatan spesies, maka istilah-istilah umum seperti gamping alga koral (koral-ganggang) atau gamping kerangka moluska dapat digunakan. Pada umumnya ganggang merupakan penyekat pengikat atau mengisi dari kerangka organisme, sehingga merupakan suatu bangunan yang kukuh, yang tahan gelombang. Sering berupa kerak dan mempunyai struktur berlaminasi halus yang bergelombang.
Komponen lainnya yang biasa terdapat ialah bioclast, ataupun fragmen-fragmen lainnya dapat ikut terikorporasi di dalamnya. Komponen yang penting seperti foraminifera terutama foram besar, moluska sering terdapat kadang-kadang merupakan kerangka tersendiri.
e. Proses
Pembentukan Batuan Karbonat
Terdapat tiga jenis proses
pengubahan yang menyebabkan sedimen
karbonat berubah menjadi
batuan karbonat.
Ketiga proses itu adalah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
Kebanyakan
batuan karbonat terbentuk karena proses litifikasi sedimen karbonat. Litifikasi
tersebut akan melibatkan pelarutan mineral-mineral karbonat yang tidak stabil,
pengendapan mineral-mineral karbonat yang stabil dan rekristalisasi. Semua
proses tersebut termasuk di dalam suatu proses yang luas yaitu diagenesa. Dalam
pengertian yang luas, diagenesa meliputi perubahan mineralogi, tekstur, kemas
dan geokimia sedimen dan temperatur dan tekanan yang rendah.
Litifikasi
sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun yang masih
berada di dalam laut. Pada sedimen karbonat yang tersingkap terjadi perubahan
mineralogi dan tekstur endapan asli, yang disebabkan kerja air tawar, atau air
meteorit. Perubahan mineralogi yang terjadi adalah terbentuknya mineral-mineral
stabil dari mineral-mineral yang tidak stabil, dan tekstur endapan asli berubah
menjadi tidak jelas atau kabur, tetapi dapat pula tidak mengalami apa-apa.
Proses
perubahan sedimen karbonat menjadi batuan karbonat berlangsung perlahan-lahan
dan bertingkat-tingkat, dimana batas antara masing-masing tingkat tidak jelas,
bahkan dapat saling melingkup. Tingkat tersebut ialah :
• Penyemenan,
• Pelarutan – pengendapan, dan
• Perubahan mineralogi
butir-butir dan rekristalisasi
2). Pengkristalan Kalsium Karbonat yang semua
dalam Keadaan Membatu
Batuan
karbonat ini berasal dari rekristalisasi kalsium karbonat yang menyerupai bahan
batu / keras (stony material) di mana kalsium karbonatnya dapat berasal dari
kimiafisik (anorganik) maupun biokimia (organik), atau kombinasi keduanya.
Contoh
batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal
dari kimiafisik ialah calcrete, caliche, dan nari. Ketiganya adalah endapan
yang dihasilkan dari rekristalisasi karena penguapan.
Adapun batua
karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal dari
biokimia adalah terumbu karang, dan biogenik pembentuk kerak keras. Endapan
jenis ini memang sudah dalam keadaan padat dan melekat, hal ini disebabkan oleh
penyemenan kalsium karbonat biokimia atau kimiafisik.
Dalam terumbu-terumbum, koral, ganggang dan foraminifera adalah organisme utama yang mengendapkan batugamping padat.
Dalam terumbu-terumbum, koral, ganggang dan foraminifera adalah organisme utama yang mengendapkan batugamping padat.
3). Penggantian
Materi-materi lain oleh Kalsium Karbonat
Beberapa batuan karbonat dapat terbentuk dari penggantian materi-materi lain, terutama kalsium sulfat dan butir-butir kuarsa oleh kalsium karbonat. Batuan karbonat jenis ini tidak umum, tetapi cukup penting karena genesisnya yang sangat berbeda dengan batuan karbonat jenis lain. Terdapat dua proses penggantian yang umum, yaitu pertama perubahan kalsium sulfat menjadi kalsit oleh kegiatan bakteri, kedua penggantian butir-butir kuarsa oleh karbonat karena proses korosi.
Beberapa batuan karbonat dapat terbentuk dari penggantian materi-materi lain, terutama kalsium sulfat dan butir-butir kuarsa oleh kalsium karbonat. Batuan karbonat jenis ini tidak umum, tetapi cukup penting karena genesisnya yang sangat berbeda dengan batuan karbonat jenis lain. Terdapat dua proses penggantian yang umum, yaitu pertama perubahan kalsium sulfat menjadi kalsit oleh kegiatan bakteri, kedua penggantian butir-butir kuarsa oleh karbonat karena proses korosi.
5). Penamaan
Klasifikasi
Penamaan batuan sedimen
klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan bentuk butir serta tekstur.
Selain itu juga dibantu dengan komposisi kimia dan struktur. Ukuran butir dalam
batuan sedimen klastik bisa seragam bisa tidak seragam.
Penamaan batuan sedimen non
klastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya.
a. Batuan Sedimen Klastik
Penamaan batuan sedimen
klastik lebih ditekankan pada ukuran dan bentuk butir, denga perincian sebagai
berikut :
1) Untuk butiran yang sama atau lebih kecil dari
pasir
Batupasir : butiran yang
berukuran pasir
Batulempung : butiran yang berukuran
lebih halus dari pasir
Serpih : batulempung yang
menunjukkan struktur fasility (sifat belah)
2) Untuk butiran yang lebih besar dari pasir
dan melibatkan bentuk butir
Konglomerat : jika butirannya
berbentuk membulat
Breksi : jika butirannya
berbentuk runcing
3) Untuk butiran dan komposisi
Batupasir Kuarsa : batupasir
yang banyak mengandung kuarsa.
Batulempung Gampingan :
batulempung yang mengandung mineral-mineral karbonat.
4) Ukuran butir dan struktur
“Shale” (serpih) :
batulempung, berlaminasi
5) Batugamping klastik
Kalsirudit : bila berukuran
butir > pasir
Kalkaresit : bila butiran
berukuran pasir
Kalsilutit : bila butiran
berukuran lempung
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Penamaan batuan sedimen non
klastik sangat tergantung oleh jenis mineral penyusunnya, dan karena
pembentukannya disebabkan oleh larutan kimia maupun organis maka sedimen non klastik
ini bersifat monomineral.
1). Batuan Sedimen Non Klastik Kimiawi
Batugips : jika tersusun oleh
mineral gypsum
Rijang : jika tersusun oleh
mineral kalsedon
Batubara : jika tersusun oleh
mineral karbon
2) Batuan Sedimen Non Klastik Biologis / Organis
Contoh penamaan berdasarkan
komposisi :
Batugamping Kristalin : bila
tersusun oleh kristal-kristal kalsit
Batugamping koral : bila
tersusun oleh koral
c. Langkah-langkah penentuan nama batuan sedimen
1) Amati contoh batuan
baik-baik
2) Tentukan teksturnya :
klastik atau non klastik. Bila klastik tentukan ukuran butirnya (bila tidak
seragam tentukan ukuran fragmen dan matrik), bila non klastik tentukan macam
teksturnya.
3) Tentukan strukturnya
4) Tentukan komposisinya,
untuk mengetahui kandungan karbonat, batuan ditetesi HCl, bila bereaksi berarti
mengandung karbonat.
5) Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Misal, bila yang tampak dominan adalah ukuran butirnya maka penamaan berdasarkan ukuran butirnya.
5) Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Misal, bila yang tampak dominan adalah ukuran butirnya maka penamaan berdasarkan ukuran butirnya.
BATUAN
SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuanyang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis
pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. ( Pettjohn, 1975 )
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan
ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya
dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi
yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan
kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan – batuan yang
terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5%
dan batu gamping kira – kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat
dibedakan menjadi 2 macam :
1.
Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain.
Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
2.
Batuan Sedimen Non Klastik
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi.
Pembentukannya adalah kimiawi dan organis. Sifat – sifat utama batuan sedimen :
1. Adanya bidang perlapisan
yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
2. Sifat klastik yang
menandakan bahwa butir – butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas –
bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur,
selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
Volume
batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui
di litofera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku
metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan –
batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan
beku sebesar 25% saja.
Batuan
sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali.
Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan
yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat,
setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang
terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh
sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti
karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3
kilometer, sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 1 kilometer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar